Kilas9.com

Media merupakan perantara, atau pengantar pesan dalam sebuah proses komunikasi. Media online merupakan hal yang berkaitan dengan komunikasi, terutama pesan yang ingin disampaikan ke pembacanya. Harapannya, kehadiran kilas9.com bisa menambah informasi kepada masyarakat sebagai pembacanya. Salam.

Hutan Mangrove Karangsong Indramayu,Eksotika Lingkungan Yang Menawan

Sebuah kapal membawa beberapa wisatawan untuk diantar ke Hutan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. Foto: K-08
Indramayu, Gelombang ombak saling bergulung dan berkejaran dengan angin, satu per satu mulai pecah ketika sampai di bibir pantai.Indahnya pemandangan itu tidak membuat indah pula lingkungan sekitarnya. Karena tidak ada penahan ombak, bibir pantai menjadi rusak karena abrasi.

Itulah pemandangan yang terjadi di Pantai Karangsong Indramayu pada 2000-an, sangat tidak terawat. Sisi sebelah utara sungai berupa daerah berlumpur, sebagian bahkan terkena abrasi tinggi. Tiadanya tumbuhan, membuat pantai itu gersang dan tidak memiliki nilai ekonomis karena pantainya rusak.

Pantai Karangsong masuk wilayah Desa Karangsong Indramayu. Kabupaten Indramayu memiliki garis pantai sepanjang 114,1 kilometer, namun sekira 17 kilometernya mengalami kerusakan akibat abrasi air laut. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat menyebutkan, pada 1983 sampai 2008 terjadi abrasi di Pantai Karangsong dan sekira 127,3 hektare lahan sekitar pantai mengalami kerusakan.

Akhirnya, pada 2008 hutan mangrove Pantai Karangsong mulai dirawat, dan menjadi ekowisata hutan mangrove melalui program corporate social responsibility (CSR) Pertamina Refinary Unit VI Balongan. Mulai pada 2010 sampai 2014, hutan mangrove Pantai Karangsong dikelola masyarakat lokal dan menjadi obyek wisata Track Ekowisata Mangrove Karangsong pada 2014. Pantai Karangsong yang dahulu merupakan daerah gundul dengan abrasi tinggi, kini berubah menjadi lokasi wisata lingkungan yang menarik. Daerah pesisir yang berada di mulut muara Kalisong, kini berubah menjadi hutan yang ditumbuhi tumbuhan mangrove lebat dan luasannya mencapai sekira lima hektare.

Head of Communication and Relation PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan Rustam Aji mengatakan pemberdayaan hutan mangrove Karangsong, merupakan bagian dari program CSR dari Pertamina di bidang lingkungan hidup. Karena Karangsong masuk wilayah kerja dari RU VI Balongan, maka pihaknya wajib turun tangan melakukan pembenahan dan perbaikan dari kerusakan hutan mangrove dan pantainya.

"Sejak dibuka sebagai lokasi wisata pada akhir 2015, tiap hari kunjungan wisatawan mencapai 100 pengunjung. Belakangan makin banyaknya orang yang berkunjung, karena mengetahui keberadaan hutan mangrove Karangsong. Jumlahnya berlipat menjadi rerata 250 hingga 300 pengunjung per hari," kata Rustam.

Ke depan, pihaknya akan mengembangkan edupark yang menyasar anak-anak usia dini agar lebih mencintai tanaman mangrove.
Seorang wisatawan meniti jembatan yang terbuat dari bambu sebagai penghubung antara
pulau satu dengan lainnya di Hutan Mangrove Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.

Wisata Mangrove Karangsong

Berwisata ke hutan mangrove Karangsong harus menggunakan perahu motor dan menempuh perjalanan sekira satu kilometer dan turun di pos pertama. Dari situ, pengunjung bisa memasuki areal hutan melalui jembatan selebar satu meter yang terbuat dari anyaman bambu.

Setidaknya ada belasan ribu tumbuhan mangrove dengan berbagai jenis yang ditanam mulai 2008 hingga 2015. Jenis mangrove yang ditanam berupa mangrove sejati, yaitu bakau dan api-api.

Sekelompok usaha masyarakat di Karangsong agaknya kurang puas jika hanya melihat tanaman mangrove tumbuh subur dan banyak buah mangrove jatuh terbengkalai. Adalah Abdul Latif, Ketua Kelompok Jaka Kencana Desa Pabean Udik yang tertarik untuk mengolah daun dan buah mangrove. Tahap uji coba pertama yang dilakukan adalah membuat sirup, kecap hingga kopi.

Menurut Latif, di awal penjualan produk olahan mangrove kelompok usahanya banyak mengalami kendala. Salah satunya adalah edukasi masyarakat tentang olahan mangrove yang bisa dinikmati. Sehingga, dirinya kerap melakukan sosialisasi dan juga meminta izin dari Dinas Kesehatan dan Badan POM setempat untuk legalitas produk olahannya.

"Tanaman mangrove bisa dikembangkan tidak hanya membuat minuman tetapi juga makanan ringan, salah satunya adalah peyek mangrove. Khusus untuk peyek mangrove terbuat dari daun mangrove jenis rakas, cokelat dan es krim. Saat ini, produk hasil olahan mangrove sudah dipasarkan ke sejumlah tempat di Kabupaten Indramayu dan dijual secara online ke seluruh Indonesia," jelas Latif.
Pengunjung menikmati eksotika Hutan Mangrove Karangsong. 


Daftarkan Hak Merek

Memang tidak mudah mengedukasi masyarakat terhadap produk olahan mangrove yang dibuat kelompok Jaka Kencana, sehingga PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan pun ikut campur tangan. Senior Supervisor CSR Refinery Unit IV Balongan Cecep Supriyatna menyatakan, upaya yang dilakukan untuk membantu kelompok usaha Jaka Kencana dengan memberikan pelatihan dan pendampingan, terus sosialisasi tentang produk olahan yang telah dibuat.

Saat ini, jelas Cecep, pihaknya sedang mendampingi kelompok Jaka Kencana dalam proses pengajuan Hak atas Kekayaan Intelektual untuk produk kecap ke Kementerian Hukum dan HAM. "Sampai sekarang, proses itu sedang memasuki masa sanggah dan diharapkan prosesnya berjalan lancar," ujarnya. (K-08)
Share on Google Plus

About kilas9.com

0 komentar:

Posting Komentar