 |
| Seorang pedagang beras di relokasi Pasar Johar tengah menata barang dagangannya sembari menunggu pembeli datang. |
Semarang-Laju inflasi di Jawa Tengah pada Januari 2018 kemarin mencapai 0,88 persen, lebih tinggi bila dibandingkan nasional yang hanya 0,62 persen saja. Inflasi terjadi di sejumlah kota yang dilakukan survei biaya hidup, dan tertinggi inflasi terjadi di Kabupaten Cilacap sebesar 1,33 persen. Sedangkan Kota Surakarta terendah, hanya 0,55 persen saja.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Margo Yuwono mengatakan penyebab utama terjadinya inflasi di provinsi ini adalah naiknya harga beras, cabai-cabaian dan daging ayam ras. Oleh karenanya, upaya yang dilakukan pemerintah dengan melakukan intervensi harga pasar dianggap cukup bagus untuk menekan laju inflasi.
Untuk beras, jelasnya, dipandang paling besar memberikan andil terjadinya inflasi di Jateng. Hal itu terjadi karen memang pasokan yang terbatas dan faktor cuaca.
"Inflasi di Januari itu kenapa tinggi, karena lebih disebabkan terjadinya kenaikan harga di beberapa komoditas volitile food. Bisa terkait dengan pasokan panen raya atau mungkin cuaca yang bisa memengaruhi harga secara umum. Ini terjadi di komoditas beras yang menyumbang inflasi sebanyak 0,46 persen karena pasokan terbatas dan cabai-cabaian karena musiman," kata Margo, kemarin.
Menurut Margo, hal paling strategis yang harus diwaspadai dalam menyikapi laju inflasi tinggi adalah menyangkut daya beli masyarakat. Jika harga komoditas terus naik, dikhawatirkan akan menurunkan daya beli konsumen.
Dirinya berharap, harga komoditas tidak terlalu banyak bergerak sementara pendapatan masyarakat tetap.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi di Jateng, lanjut Margo, yaitu turunnya tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, tarif kereta api dan angkutan antarkota. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar