Kilas9.com

Media merupakan perantara, atau pengantar pesan dalam sebuah proses komunikasi. Media online merupakan hal yang berkaitan dengan komunikasi, terutama pesan yang ingin disampaikan ke pembacanya. Harapannya, kehadiran kilas9.com bisa menambah informasi kepada masyarakat sebagai pembacanya. Salam.

Pengembang Sebut Generasi Milenial di Semarang Tak Kebagian Rumah Tapak Karena Harga Makin Mahal

Dibya Hidayat
Ketua Property Expo Semarang
Semarang-Harga tanah setiap tahun terus mengalami peningkatan, dan semakin mahal. Saat ini saja, harga tanah di wilayah perkotaan di Kota Semarang sudah mencapai Rp350 ribu-Rp400 ribu per meter persegi. Harga tanah yang semakin mahal itu, akan berpengaruh pada harga jual properti khususnya rumah tapak atau landed house.

Ketua Property Expo Semarang Dibya Hidayat mengatakan mahalnya harga tanah sekarang, membuat pengembang perumahan kesulitan memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Terutama, jika menginginkan berada di wilayah perkotaan.

Menurutnya, mahalnya harga jual rumah tapak atau landed houses sekarang ini di kemudian hari akan berdampak bagi generasi milenial yang membutuhkan hunian. Bukan tidak mungkin, generasi milenial akan tinggal di apartemen karena sudah tidak kebagian rumah tapak.

"Sekarang ini ya kalau kita lihat dari survei-survei di Jakarta, bahwa anak-anak generasi milenial sudah tidak bisa punya landed house. Suatu saat nanti, mereka akan tinggal di apartemen karena harga landed house sudah engga terjangkau lagi. Ini rata-rata yang bukan kelas pengusaha atau dari keluarga kaya. Di Semarang pun nanti akan terjadi seperti itu juga, karena harga rumah sudah terlalu jauh," kata Dibya, Rabu (27/2).

Dibya menjelaskan, bagi generasi milenial yang saat ini ingin memiliki rumah di masa mendatang harus sudah mulai merencanakan pembelian rumah. Sehingga, ketika sudah bekerja dan menikah kebutuhan rumah telah terpenuhi.

"Rumah itu kebutuhan mendesak dan tidak bisa ditunda lagi. Karena, semakin menunda pembelian rumah harganya semakin tidak terjangkau," ujarnya.

Lebih lanjut Dibya menjelaskan, yang sudah merasakan dampak dengan makin mahalnya harga tanah dan sempitnya lahan untuk permukiman adalah pengembang rumah murah atau bersubsidi. (K-08)
Share on Google Plus

About kilas9.com

0 komentar:

Posting Komentar