 |
| Gubernur Ganjar Pranowo mengunjungi penghuni pondok boro yang belum pulang ke kampung halaman. |
Semarang-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan wilayah Semarang Raya tidak memilih opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tetapi memilih opsi dengan mengedepankan kearifan lokal.
Pemprov Jateng bersama kepala daerah di wilayah Semarang Raya sepakat, pencegahan dan menekan angka persebaran virus Korona dengan konsep "Jogo Tonggo".
Ganjar menjelaskan, pihaknya sudah meminta kepada seluruh bupati/wali kota di wilayah Semarang Raya untuk membuat Satuan Tugas (Satgas) Jogo Tonggo di level RW di lingkungan masyarakat. Gugus tugas di level provinsi/kabupaten/kota hingga kecamatan dan desa/kelurahan akan ikut membantu bila ada persoalan di tengah masyarakat.
Menurutnya, upaya ini diharapkan bisa menjadi langkah efektif di dalam menekan penyebaran dan penularan virus Korona.
"Saya kira, edukasi kepada masyarakat dan upaya preventif mesti harus dilakukan. Gerakan yang kita miliki di kampung-kampung itu, sebenarnya sangat kuat. Gotong royongnya, tepo slironya, saling tolong menolongnya dan nilai kemanusiaannya itu kuat. Mereka punya daya kohesi yang kuat. Maka, dengan konsep namanya Jogo Tonggo untuk menjaga tetangga. Apakah dia kelompok rentan? Lha ini kita coba jaga bersama-sama. Kalau kemudian bisa saling menjaga dan mencatat kondisi masing-masing, maka pemerintah akan tahu kondisinya," kata Ganjar, Sabtu (25/4).
Ganjar lebih lanjut menjelaskan, meskipun tidak mengambil opsi PSBB bukan berarti tidak ada sanksi tegas dalam konsep "Jogo Tonggo" ini. Ruang-ruang publik atau tempat aktivitas warga, menjadi areal wajib memakai masker.
"Apabila kedapatan tidak memakai masker, maka tidak boleh masuk areal tersebut," tandasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar