Kilas9.com

Media merupakan perantara, atau pengantar pesan dalam sebuah proses komunikasi. Media online merupakan hal yang berkaitan dengan komunikasi, terutama pesan yang ingin disampaikan ke pembacanya. Harapannya, kehadiran kilas9.com bisa menambah informasi kepada masyarakat sebagai pembacanya. Salam.

Dengan Desa Saudara, Desa Klakah dan Desa Mertoyudan Siap Hadapi Erupsi Merapi

Gubernur Ganjar Pranowo memberi topi BPBD kepada Sumar Sabar
salah satu warga Desa Tlogolele.
Semarang-Desa Klakah di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dan Desa Mertoyudan di Kabupaten Magelang menjadi desa saudara karena faktor geografisnya. Keduanya berlokasi berdekatan, dan sering merasakan dampak dari erupsi Merapi. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan Desa Klakah dan Desa Mertoyudan menjadi desa saudara atau sister village, yang berfungsi saling membantu jika satu di antaranya mengalami bencana. Maka, salah satu desa akan menjadi lokasi pengungsian. Bahkan, Desa Tlogolele juga merasakan dampak positif dari keberadaan desa saudara itu.

Ganjar menjelaskan, dalam menghadapi erupsi Merapi yang bisa terjadi kapan saja itu warga di ketiga desa itu sudah siap. Termasuk warga di Desa Tlogolele, yang merupakan desa tertinggi di lereng Merapi masuk Kabupaten Boyolali itu.

Menurutnya, masyarakat setempat memiliki pengalaman dan kebiasaan menghadapi Merapi dalam kondisi apapun. 

"Ini bisa dijadikan percontohan nasional. Jadi, urusan bencana itu tidak ada urusan dengan suku agama ras golongan ataupun kesukuannya. Cara kerja sama ini, merupakan khas rasa persatuan dan ke-Indonesiaan-nya," kata Ganjar di sela mengunjungi Desa Tlogolele belum lama ini.

Ganjar lebih lanjut menjelaskan, nilai-nilai yang dipraktikkan masyarakat Desa Tlogolele maupun Desa Klakah dan Desa Mertoyudan itu harus dijaga dan ditularkan. 

Salah satu warga Desa Tlogolele, Sumar Sabar menceritakan pengalamannya saat erupsi Merapi pada 2010 lalu. 

Sejak bermukim di Dusun Stabelan, Desa Tlogolele itu dirinya tidak ingat berapa kali Gunung Merapi erupsi. Namun baginya, erupsi Merapi yang paling menakutkan adalah letusan pada 2010 lalu.

"Kala itu semua warga berlarian. Teriakan ketakutan terdengar di mana-mana. Satu-satunya yang menenangkan adalah kesigapan perangkat desa serta relawan-relawan bencana, mereka langsung mengumpulkan warga kemudian mengevakuasi ke tempat aman. Dibawa ke Mertoyudan Magelang, ngungsi di sana 40 hari," ujar Sumar. (K-08)
Share on Google Plus

About kilas9.com

0 komentar:

Posting Komentar