Masyarakat membeli beras Bulog yang digelar di operasi pasar di Relokasi Pasar Johar, Rabu (17/1). |
Semarang-Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Jawa Tengah melakukan intervensi pasar, Rabu (17/1). Lokasi yang dituju adalah relokasi Pasar Johar. Sebab, di tempat itu diketahui masih cukup tinggi harga beras medium.
Kegiatan stabilisasi pangan juga dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo yang ikut memantau pergerakan harga komoditas masyarakat.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jateng Djoni Nur Ashari mengatakan pihaknya terus berupaya, untuk mengendalikan harga beras di masyarakat.
Bahkan, sejak 13 Desember 2017 kemarin pihaknya sudah menyalurkan beras sebanyak 19.200 ton dengan harga Rp9.350 per kilogram dan dijual di bawah harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.450 per kilogram.
Menurut Djoni, Bulog berkomitmen melanjutkan operasi pasar dan Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) hingga akhir 2018 mendatang.
Guna mengefektifkan operasi pasar sebagai stabilisasi harga di masyarakat, pihaknya menggandeng pedagang di dalam pasar sebagai mitra.
"Kita kerja sama dengan kios-kios di pasar tradisional yang menjual beras Bulog. Daerah-daerah yang harga berasnya masih tinggi terus kita lakukan OP, kalau harganya turun ya OP dihentikan," kata Djoni.
Sementara, Ganjar Pranowo mengaku tidak ada cara lain mengendalikan dan menekan kenaikan harga beras selain operasi pasar. Sehingga, operasi pasar sampai dengan saat ini masih efektif dilakukan dan di beberapa daerah harga berasnya sudah mulai turun.
"Operasi pasar ya ini yang efektif untuk mengendalikan harga beras. Lainnya saya kira tidak ada," ujarnya.
Lebih lanjut Ganjar meminta kepada Bulog untuk terus menyalurkan beras ke sejumlah daerah di provinsi ini, agar harga menjadi stabil dan terjangkau masyarakat. Sehingga, inflasi juga tetap terjaga di level yang rendah dan berada dalam sasarannya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar