Dirut Perusahaan Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang (dua dari kiri) memberi penjelasan tentang produk investasi bagi milenial. |
Semarang-Banyaknya tawaran investasi abal-abal atau investasi bodong yang menjerat dan merugikan masyarakat, masih terus terjadi. Kebanyakan korbannya adalah masyarakat pinggiran, dan kurang teredukasi mengenai produk investasi.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang mengatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kerap merilis daftar perusahaan investasi bodong yang merugikan masyarakat, namun kasusnya bukannya berkurang tetapi selalu muncul kasus baru dan nama baru.
Menurutnya, perusahaan berjangka juga memiliki peran untuk ikut memerangi perusahaan investasi bodong yang merugikan masyarakat.
Upaya yang bisa dilakukan, jelas Paulus, bisa dengan menggaet para kaum milenial atau generasi muda menjadi calon investor. Sebab, para generasi milenial yang melek teknologi itu akan mampu teredukasi mengenai produk investasi resmi maupun abal-abal.
"Jadi, jangan ada sebuah kekhawatiran karena banyak sekali investasi bodong. Sehingga, kami mengajak untuk kaum milenial mendapatkan manfaat dari potensi dengan mengenalkan produk investasi di perusahaan yang tepat," kata Paulus ketika menjadi pembicara dalam acara "Tantangan Pasar Milenial Bagi Pialang Berjangka" di Patra Convention and Hotel Semarang, Rabu (12/6) sore.
Paulus lebih lanjut menjelaskan, generasi milenial sekarang ini bisa diajak berinvestasi untuk masa depan dengan produk investasi berjangka.
Menurutnya, untuk wilayah Jawa Tengah saja potensi investor milenialnya cukup besar dan tersebar merata di sejumlah kota-kota besar.
"Wilayah Solo, Semarang dan Purwokerto menjadi daerah yang paling bagus iklim investasinya. Generasi milenialnya juga bisa diajak berinvestasi," jelasnya.
Pimpinan Cabang Solid Gold Berjangka (SGB) Semarang Conny Lumandung menambahkan, pihaknya juga tidak tinggal diam di dalam memerangi investasi bodong di masyarakat. Apalagi, pihaknya tercatat sebagai perusahaan pialang berjangka tertua di Kota Semarang.
Menurutnya, generasi muda ini bisa diajak ikut berkontribusi di industri perdagangan berjangka komoditi.
"Untuk ke depan kita pengen membidik generasi milenial. Jadi, investor-investor muda ini menjadi sasaran kami untuk menawarkan produk. Karena memang selama ini masih di kisaran usia 40 tahun ke atas, yang menjadi investor kami," ucap Conny.
Lebih lanjut Conny menjelaskan, bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2030 mendatang akan menjadi potensi pasar cukup besar. Sebab, generasi muda akan lebih banyak dan menguasai segmen kehidupan.
"Tahun depan, kita ingin targetkan investor dari kalangan anak muda bisa lebih dari 50 persen dari yang sudah ada saat ini," tandasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar