Seorang pengunjung Mal Ciputra tengah bertanya tentang produk yang ditawarkan dalam Bazaar Springbed. |
Semarang-Meskipun masuk kategori barang yang bukan kebutuhan pokok, namun keberadaan springbed dengan mudah ditemukan di beberapa rumah.
Masyarakat membeli springbed sesuai kebutuhan mereka, walau terkadang ada juga yang mengikuti gaya hidup. Misalnya springbed yang memiliki daya tarik tersendiri, salah satunya mengurangi risiko pembengkokan tulang belakang karena tekstur pegas springbed merata dan fleksibel.
Pengusaha sekaligus pemilik RumahKita Jiimmy Jati Utomo mengatakan penjualan springbed pada tahun kemarin, bisa dibilang cukup fluktuatif. Artinya, tidak terlalu jatuh atau meningkat permintaannya. Namun demikian, secara umum penjualannya lebih baik dari tahun sebelumnya.
Menurutnya, penjualan springbed pada 2017 kemarin berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Ada tiga bulan dalam setahun yang paling tinggi angka penjualannya. Setelah Lebaran naik hingga akhir tahun dan di awal tahun kembali tinggi. Fluktuasinya cukup drastis, jika di rata-rata overall dengan 2016 masih oke dan relatif tidak mengalami penurunan. Jadi, bisa dibilang stabil," kata Jimmy.
Lebih lanjut Jimmy menjelaskan, dari seluruh penjualan springbed yang terjadi pada tahun kemarin, kelas medium up hingga premium paling laku di pasaran. Springbed dengan harga di atas Rp10 juta tersebut, ternyata mendominasi penjualan dan cukup diminati masyarakat.
Oleh karena itu, ia memprediksi jika di tahun ini penjualan springbed kelas medium up hingga premium masih menjadi primadona.
"Tahun ini harapannya penjualan akan tumbuh antara 15-20 persen. Prediksi saya kelas medium up hingga premium masih punya pasar," pungkasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar